8  UAS-2 My Opinions

8.1 Pendidikan Harus Bergeser dari Mengajar Keterampilan Teknis ke Menumbuhkan Kreativitas Bermakna

Menurut saya, sistem pendidikan saat ini masih terlalu fokus pada hal-hal yang sebenarnya sudah bisa dilakukan AI dengan lebih baik:

  • Menghafal informasi faktual.

  • Mengikuti prosedur teknis yang baku.

  • Menghasilkan output standar dengan cepat.

Pendekatan ini semakin tidak relevan di era AI generatif. Ketika AI dapat menulis kode, membuat desain, dan bahkan menulis esai dalam hitungan detik, maka nilai seorang manusia tidak lagi terletak pada kemampuan teknisnya, melainkan pada:

  • Kemampuan memberikan makna dan konteks.

  • Pemahaman mendalam tentang masalah yang kompleks.

  • Empati dan kesadaran sosial dalam menerapkan solusi.

Saya percaya bahwa kreativitas yang bernilai di masa depan adalah kreativitas yang berakar pada pengalaman hidup, nilai-nilai kemanusiaan, dan kemampuan berpikir kritis. Bukan sekadar kemampuan menghasilkan sesuatu dengan cepat, tetapi kemampuan memahami mengapa sesuatu perlu diciptakan dan untuk siapa itu bermakna.

8.2 Kita Memerlukan “Literasi AI”, Bukan Hanya “Keterampilan AI”

Banyak orang berpikir bahwa masa depan adalah tentang siapa yang bisa menggunakan AI paling mahir. Menurut saya, ini adalah pandangan yang keliru. Yang kita perlukan bukan hanya keterampilan teknis mengoperasikan AI, tetapi literasi AI—pemahaman mendalam tentang:

  • Bagaimana AI bekerja dan apa keterbatasannya.

  • Kapan AI seharusnya digunakan dan kapan tidak.

  • Bagaimana AI membentuk persepsi dan keputusan kita.

  • Apa implikasi etis dari penggunaan AI.

Tanpa literasi ini, manusia hanya akan menjadi pengguna pasif yang tergantung pada teknologi tanpa pemahaman kritis. Kita akan kehilangan otonomi dalam berpikir dan mengambil keputusan.

8.3 AI Sebagai Cermin, Bukan Pengganti

Saya melihat AI bukan sebagai ancaman atau pengganti kreativitas manusia, tetapi sebagai cermin yang memantulkan kembali kepada kita pertanyaan fundamental: Apa yang membuat kita unik sebagai manusia?

AI memaksa kita untuk lebih jujur tentang nilai kita. Jika yang kita anggap “kreatif” hanya tentang mengikuti pola atau menghasilkan output standar, maka memang AI bisa melakukannya lebih baik. Tetapi jika kreativitas adalah tentang pengalaman, makna, empati, dan tujuan—maka itu adalah wilayah yang tetap menjadi keunggulan manusia.

Oleh karena itu, menurut saya, masa depan bukan tentang bersaing dengan AI, tetapi tentang menggali lebih dalam apa artinya menjadi manusia yang kreatif, bermakna, dan bertanggung jawab.